Sipardalan News: Boru Batak yang Ikut Pilkada di Australia

Sipardalan News: Boru Batak yang Ikut Pilkada di Australia

Tahun 2020 adalah tahun untuk musim Pilkada serentak di Indonesia. Ternyata tahun ini bukan hanya di Indonesia melaksanakan Pilkada serentak 2020, di Negara Tetangga Indonesia pun tepatnya di Australia juga melaksanakan pemilihan Kepala Daerah di Negara tersebut.

Dalam Pilkada di Australia, ada yang cukup unik karena Boru Batak ikut dalam pertarungan Pilkada di Australia, Dia bernama Santi Whiteside yang sudah tinggal di Australia lebih dari 20 tahun dan kini ia menjadi salah satu kandidat 'councillor' di kawasan Whitehorse, sebelah timur kota Melbourne.Councillor" adalah pejabat yang dipilih melalui pemilihan untuk "Council", atau Dewan Pemerintah setingkat kabupaten atau kota. 

Salah satu dari "councillor" sekaligus akan menjadi wali kota atau mayor. Santi mengaku tak pernah terpikirkan olehnya untuk bisa mengikuti pemilihan council, apalagi terjun ke dunia politik di Australia. Di Indonesia, politik uang dalam sebuah pemilihan sudah menjadi rahasia umum, tapi Santi mengaku hal ini, setidaknya, tidak terjadi dalam pemilihan council di Victoria. "Biaya yang saya keluarkan ada di kisaran 10.000-20.000 dollar Australia [lebih dari Rp 100 hingga 200 juta]," kata Santi yang berasal dari Sumatera Utara. "Tapi itu kebanyakan untuk membuat materi kampanye, seperti poster, iklan di media," katanya. Santi mengaku jika modal politiknya saat ini ia dapatkan dari kegiatannya di sejumlah organisasi, sehingga membuatnya paham sejumlah masalah yang dialami warga, terutama migran baru, seperti kesejahteraan, lapangan pekerjaan, kesehatan mental. 

"Jika saya terpilih di [kawasan] Wattle, maka saya akan mampu mengangkat masalah yang dihadapi warga di sini dengan memahami latar belakang budaya yang beragam," ujar dia kepada Erwin Renaldi dari ABC Indonesia. Akibat ketatnya pembatasan aktivitas di tengah pandemi Covid-19, para kandidat councillor di negara bagian Victoria tidak dapat melakukan kampanye secara tatap muka. Sebagai gantinya, Santi mengaku jika banyak warga yang langsung menghubungi dirinya, baik secara telepon atau email, untuk mengetahui langkah apa yang ia akan ambil untuk mengatasi permasalahan di daerahnya. 

"Tetap bangga" dengan Indonesia. Ibu dengan tiga anak dan bersuamikan pria Australia ini mengaku sudah pindah kewarganegaraan sejak 15 tahun lalu dengan alasan "untuk lebih memudahkan memperkenalkan budaya Indonesia di tingkat dunia".Namun ia mengatakan hal tersebut tidak melunturkan nilai-nilai Indonesia yang tetap ia pegang teguh, terutama soal hidup dalam keberagaman budaya. "Saya tetap bangga dengan adat Indonesia dan nilai-nilai yang dibesarkan keluarga saya dan sekarang saya mengakui sebagai seorang warga Australia dengan nilai-nilai Indonesia yang kuat," ujarnya. "Bagaimanapun adat dan budaya Indonesia yang menekankan pada persatuan dan kesejahteraan keluarga sejalan dengan nilai-nilai dalam kehidupan di Australia." 


Santi mengaku ia tidak terlalu banyak berharap dalam pemilihan kali ini, karena telah mendapatkan banyak pelajaran baginya untuk berpartisipasi dalam politik praktis di Australia untuk menyiapkan dirinya lebih baik dalam empat tahun mendatang."

Salahnya satu alasan saya ingin ikut tahun ini juga adalah agar lebih banyak warga Indonesia [di Australia] untuk terjun ke dunia politik Australia untuk kehidupan warga yang lebih baik," kata Santi. Sementara bagi Santi, ia ingin agar semua warga, khususnya di daerah yang diwakilinya mendapat pelayanan dan perhatian yang adil. 

Terlebih ia merasa warga dari beragam ras dan budaya di kawasannya belum terlalu terekspos atau terlibat dalam kehidupan bermasyarakat. " Sayaingin membangun kehidupan masyarakat multikultur yang kuat dan harmoni, saling menghormati dan melihat satu sama lain sebagai satu keluarga besar Australia," ujar Santi.


Komentar