Liang Sipege dan cerita Raja Sijorat Panjaitan

Liang Sipege yang terletak di desa Simarmar Pea Talun Hutagaol Kecamatan Balige 
Horas donganss...
Ternyata selain wisata alam yang dimiliki oleh wilayah Kabupaten Tobasa selain air terjun dan pantai pasir putih, Kabupaten Tobasa memiliki Gua sebagai wisata alam yang mungkin belum dijamah sepenuhnya saat ini.
Perjalanan ke Liang Sipege harus berjalan kaki sekotar 100 meter
Perjalanan di akhir Oktober kemarin saya sedang mengeksplor dua Gua yang ada di Tobasa, ke dua Gua itu adalah Liang Sipege dan Liang Barneth.  Mungkin bagi dongans sudah ada yang mendengarnya dan jauh sebelum saya menulis ini bahkan sudah ada yang melakukan penelitian. Dan kali ini ini saya akan menceritakan tentang Liang Sipege. 
Tampilan mulut Liang Sipege
Liang Sipege yang terletak di desa Simarmar Pea Talun Hutagaol Kecamatan Balige sebenarnya cocok dikembangkan menjadi obyek wisata selain obyek wisata Danau Toba. Jika kita ke Gua Liang Sipege dari simpang Sibulele (Balige, Kab Tobasa) ke lokasi Gua jaraknya sekitar 4 KM, tetapi dari Desa Simar-marPea Talun Hutagaol menuju lokasi gua harus berjalan kaki. 
Didalam Liang Sipege
Gua ini telah berumur ratusan tahun dan menurut cerita Gua ini mempunyai kisah mistis bagi penduduk daerah itu maupun bagi keturunan marga Panjaitan yakni Raja Situngo maupun anaknya Raja Sijorat Paralim. Gua itu sendiri panjangnya puluhan kilometre yang bisa tembus hingga ke Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara. Sedangkan penghuni dari goa itu sendiri ada seekor ular yang besar yang saat ini masih dipercayai keberadaanya, selain itu saat kita berada sekitar 200 meter dari luar menuju ke dalam adalah sarang dari burung walet dan kelelawar.
bentukan yang ada didalam Liang Sipege
Kisah mistis yang masih dipercaya masyarakat sekitar, bahwa di dalam gua liang Sipege itulah tempat dilahirkannya Raja Sijorat Paraliman (Silundu Nipahu), salah seorang raja dari marga Panjaitan (sundut patoluhon maon sian Raja Panjaitan-red) yang mempunyai kesaktian, kesaktiannya sejajar dengan Raja Sisingamangaraja I (pertama). Hal itu sesuai dengan penuturan warga sekitar.

Kisah Raja Sijorat Paralim yang dilahirkan di Gua Liang Sipege itu awalnya, Raja Situngo Naiborngin yang menikah dengan boru Hutapea asal Laguboti Kecamatan Laguboti adalah orang tua dari Raja Sijorat Paralim tersebut tak kunjung memiliki anak, walaupun mereka telah menikah selama tiga tahun.
 
Oleh karena tidak ada keturunan, ujar op Lambok, Raja Situngo Naiborngin mengembalikan istrinya boru Hutapea itu ke rumah orang tuanya di Laguboti. Sehingga Raja Situngo menikah lagi dengan Paribannya boru Hasibuan asal desa Marom Kecamatan Uluan Kab Tobasa.

Namun, oleh orang tuanya mengatakan kepada boru Hutapea ini, kamu tidak bisa di rumah ini, karena kamu sudah menikah. Pendek cerita, boru Hutapea lalu pergi ke Goa Liang Sipege.

Saat boru Hutapea itu pergi ke Gua, namun keadaannya saat itu sudah mengandung (hamil) walaupun kehamilannya itu tidak masuk akal, karena usia kandungannya itu saat itu sudah ada dua tahun lebih, tapi tak kunjung lahir. Suaminya saja (Raja Situngo) tidak percaya dengan kehamilannya, karena dua tahun lebih kandungan istrinya tak kunjung lahir.

Sesampainya boru Hutapea (istri Raja Situngo) ke Gua Liang Sipege, melahirkanlah seoarang anak laki-laki yang diberi nama Silundu Nipahu (Raja Sijorat Paralim). Selama boru hutapea ini berada dalam Gua untuk membesarkan anaknya itu, dia hanya memakan pahu (pakis), ujar op Lambok Panjaitan, seraya mengatakan, karena itulah anaknya itu diberi nama Silundu ni Pahu.

Seiring waktu, Silundu ni Pahu (Raja Sijorat Paralim) beranjak remaja, pekerjaan sehari-harinya kala itu hanya menemani anak-anak mengembala kerbau di sekitar Bonan Dolok. Di lokasi pengembalaan itu kerap terjadi permainan sejenis judi yang dilakoni oleh orang dewasa, namun kala itu juga Silundu ni Pahu (Raja Sijorat Paralim) ini selalu ikut menonton permainan itu.

Lama-kelamaan karena sering memperhatikan permainan itu, Silundu ni Pahu tersebut mengerti juga bagaimana cara bermain judi. Pendek cerita, karena kelihaiannya bermain judi, semua di kampung itu sudah dikalahkannya. Bahkan ayahnya, Raja Situngo juga sudah dikalahkannyam walaupun kala itu ayahnya ini terkenal kepandaiannya bermain judi, ujar ompu Lambok berkisah.

Penasaran dengan kekalahannya itu, Raja Situngo ini bertanya-tanya dalam hatiSiapa gerangan anak ini, maka Raja Situngo tersebut menyelidiki dan mengikuti Silundu ni Pahu kemana dia pulang. Ternyata Silundu ni Pahu pulang ke Liang Sipege, Raja Situngo kala menjumpai istrinya dalam gua itu.

Wah, kamunya rupanya itu, jadi anak ini anak kamu?, Tanya Raja Situngo terhadap boru Hutapea ibu dari Silundu ni Pahu. Ya, ini anak saya, jawab boru Hutapea. Berati kamu selingkuh makanya kamu sudah punya anak, Tanya Raja Situngo. Saya tidak selingkuh, ini adalah anakmu. Dulunya pun saya sudah hamil sewaktu kita masih sama, tapi kamu tidak percaya. Dan kamu bilang saat itu, bahwa kehamilanku tidak masuk akal, dan anak yang dikandungku itu bukanlah anak manusia, jawab boru Hutapea.

Pendek cerita, Raja Situngo akhirnya percaya, namun dia ingin istrinya boru Hutapea itu kembali ingin bersatu menjadi satu keluarga. Walaupun awalnya, boru Hutapea ini tidak ingin lagi bersatu dengan Raja Situngo, namun saat itu boru Hutapea mengusulkan syarat kepada Raja Situngo. Syaratnya, jika ibu Silundu ni Pahu ini ingin kembali ke rumah, selama perjalanan dia tidak mau menginjak tanah, kata op Lambok ini mngisahkannya.


Permintaan boru Hutapea ini kala itu dipenuhi Raja Situngo, dengan membeli tikar sebanyak tiga buah. Tikar itulah sebagai alas sepanjang perjalanan boru Hutapea menuju rumah mereka di Desa Matio.

Lebih lanjut diceritakan op Lambok, Silundu ni Pahu (Raja Sijorat Paralim) anak dari Raja Situngo/Boru Hutapea setelah tumbuh dewasa, kesaktiannya semakin diakui oleh orang-orang kala itu. Dengan dibuktikan, kuda Raja Sisingamangaraja I (pertama) kala itu lepas dan kala itu telah banyak orang-orang yang punya ilmu gagal menangkapnya.

Setelah Silundu ni Pahu (Raja Sijorat Paralim) ini lah menangkap dan meyakinkan sang Raja Sisingamangaraja bahwa dia sanggup menangkap kuda dimaksud, terang op Lambok menceritakan.

Hal itu terbukti, sang kuda bisa ditangkap Silundu ni Pahu (Raja Sijorat Paralim) tanpa ada kesulitan. Setalah tertangkapnya kuda raja itu, saat itu juga Raja Sisingamangajara mengumandangkan kepada masyarakat, Silundu ni Pahu ( Raja Sijorat Paralim) akan diangkat menjadi panglima raja Sisingamangaraja I.


Berawal dari situlah, sehingga Silundu ni Pahu diberi nama Raja Sijorat Paralim, karena dia sendirilah yang berhasil menjerat atau menangkap kuda Raja, kata op Lambok Panjaitan.

Ditambahkan op Lambok, hingga saat ini Gua Liang Sipege itu masih sering dikunjungi marga-marga Panjaitan, baik Panjaitan dari daerah ini maupun Panjaitan dari Perantauan.



Hingga saat ini Gua itu masih sering dikunjungi marga Panjaitan, bahkan kadang mereka bermalam dalam Gua itu, sebut T Hutagaol, seraya mengakui, bahwa di dalam Gua itu ada ular yang besar berwarna putih.
Tampak dalam sekitar 100 meter dari pintu masuk.
Menurut cerita dari warga tersebut Gua Liang Sipege tersebut bisa tembus ke Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara. Hal itu karena, setiap musim panen di Tarutung jerami padi selalu ada muncul dari dalam Gua tersebut. Namun, itu dulu,  sekarang tidak lagi karena gua itu sudah tertutup, karena ada longsor dipertengahan Gua itu. Sebelum gua itu tertutup, dulu pernah ada beberapa orang yang mengaku datang dari Jakarta mencoba masuk ke Gua dengan maksud menengetahui dan menelitinya.
Benda peninggalan jaman dulu yang didapat didalam Liang Sipege

Sekitar seminggu mereka di dalam gua dan masih setengah perjalanan, mereka tidak berani lagi melanjutkan perjalannya karena katanya selama di dalam gua, banyak gangguan-gangguan maupun tantangan yang dihadapi mereka. Dalam mimpi mereka, agar jangan melanjutkan perjalannya lagi.

Pada masa peperangan di Tapanuli, Gua itu dulu kerap digunakan sebagai tempat persembunyian warga di sini.


Sesungguhnya, Gua Liang Sipege ini merupakan obyek wisata yang strategis bagi Daerah Kabupaten Toba Samosir. Namun kondisi potensi wisata ini masih belum diolah dengan baik karena cerita tersebut.


Jalan sepanjang 1 km menuju ke Gua Liang Sipege kondisi jalanya sangat buruk dan ditumbuhi semak-semak. Di kaki gunung dimana letak gua tersebut ada jalan bertangga yang terbuat dari beton yakni pendakian menuju goa Liang Sipege yang tampak kurang perawatan.


Kalau melihat potensi Gua Liang Sipege ini, pemerintah dan masyarakatnya dapat mengemasnya dengan paket wisata yang rapi, unik dan menarik, sehingga akan menguntungkan bagi daerahnnya dan kemakmuran masyarakatnya.

Dari keunikan yang terkandung dalam Gua Liang Sipege ini, selain menjadi objek pariwisata yang potensial juga bisa menjadi tempat penelitian bagi para ahli. Menurut penuturan masyarakat setempat bahwa di dalam Gua Liang Sipege itu dipercaya banyak menyimpan alat-alat rumah tangga zaman dahulu.  Tapi hati-hati, saat kami hanya berada sekitar 300 m dari luar kedalam, disitu kami sudah disambut oleh ular yang melilit diatas  (langit-langit).

Mauliate

MS

Komentar

Posting Komentar