Debat PKB Vs NasDem soal Anies Kena Sindrom Thanos Merasa Paling Hebat
Terjadi adu debat antara PKB dan NasDem. Perdebatan itu diawali oleh PKB yang menyebut Anies Baswedan terkena sindrom Thanos atau merasa paling hebat.
Baca juga:
Sipardalan News: Siap Ikut Pilpres 2024, Sandiaga: Saya Alumni Kontestasi Sebelumnya
Tudingan sindrom Thanos itu diawali saat PKB merespons Anies Baswedan yang menganalogikan pemerintah terkadang mematikan kritik.
Pernyataan Anies ini disampaikannya dalam podcast bersama Imam Priyono dan Hendri Satrio seperti disiarkan dari akun YouTube R66 Newlitics. Anies awalnya bicara soal banyaknya gelombang penolakan terhadapnya.
"Normal (orang lain menolak), apa sih yang disbut kecewa? Kecewa itu kalau tidak sesuai harapan. Kalau dia sesuai harapan, ya nggak usah kecewa. Kita yang sudah belajar ilmu, kemudian ke sekolah, pendidikan, baca, baca sejarah, tidak ada dalam sejarah yang dalam gelanggang politik 100 persen sependapat. Kan nggak ada. Coba kasih contoh 100 persen sependapat," ujar Anies Baswedan, Sabtu (17/12/2022).
Anies kemudian menyinggung pemerintah saat ini yang cenderung mematikan kritik tersebut. Dia mengaku heran lantaran kritik itu sesungguhnya edukasi publik, selama bukan hoax dan ujaran kebencian.
"Nah, kita kadang-kadang kalau di pemerintahan matiin tuh kritiknya tuh, tolong dong, ditelepon jangan kritik lagi nih. Sebentar, itu sesungguhnya public education, ada selamanya, selama faktual, selama tidak menyebarkan kebohongan dan kebencian, gitu kira-kira, itu normal. Jadi misal ada sebagian yang merasa tidak setuju, nggak apa, toh ada yang setuju juga," jelas Anies.
PKB lantas melempar kritikan terhadap Anies. Juru Bicara Muda DPP PKB Dira Martamin menyebut Anies tengah terkena 'sindrom Thanos'.
"Pernyataan Anies menunjukkan bahwa dia tengah terjangkit sindrom Thanos. Merasa apa yang dilakukan paling hebat dan paling benar. Sehingga menuding pemerintahan antikritik," kata Dira dalam keterangannya, Minggu (18/12/2022).
Baca juga:
Analogi Anies soal Pemerintah Kadang 'Matikan' Kritik Ditepis Pro-Jokowi
Menurut Dira, pemerintah di bawah komando Jokowi sangat terbuka dengan kritik. Dia mengungkit Jokowi pernah meminta masyarakat aktif mengkritik pemerintah, tepatnya dalam pernyataan pada Februari 2021 lalu.
"Pemerintah sangat terbuka dengan kritik. Justru pernyataan Anies yang mengklaim sering mendapatkan kritik yang akhirnya kritik tersebut harus dijawab satu per satu saat menjabat Gubernur DKI Jakarta menunjukkan bahwa ia merasa paling hebat. Padahal, apa yang dilakukan Anies sudah lebih dulu dilakukan pemerintah. Anies terlalu banyak mengklaim," ujarnya.
Kemudian Dira menyinggung pernyataan mantan Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah yang mengungkapkan bahwa Presiden Jokowi pernah menanyakan kenapa oposisi saat ini lemah. Dira mengatakan pemerintah saat ini justru menginginkan lawan tanding yang seimbang.
"Itu menunjukkan bahwa pemerintah ingin di kritik. Pemerintah ingin memiliki lawan tanding yang seimbang. Ingin oposisi kuat, ingin mendapatkan masukan dari oposisi," ucapnya.
Menurut Dira, pemerintah memahami bahwa kritik tak lain ialah bentuk edukasi publik. "Buktinya, masyarakat masih bisa memberikan kritik secara terbuka, dan Pak Jokowi sendiri terbuka untuk itu. Secara umum pemerintah masih memberi ruang yang luas untuk kritik," kata Dira.
Menurut Effendy Choirie Ketua DPP Partai NasDem mengatakan Anies sudah biasa dicaci maki. Dia menilai semakin diuji Anies akan semakin kuat.
"Nggak apa-apa. Anies biasa dicaci maki. Semakin dicaci semakin kuat. Semakin diuji semakin mantap nilai kelulusannya," ujar Effendy Choirie, Minggu (18/12/2022).
Effendy Choirie atau Gus Choi mengatakan Anies disebut kena sindrom Thanos itu adalah penilaian yang bercampur hasut dan dengki. Gus Choi tak bisa melarang orang untuk memberikan penilaian.
"Itu penilaian dia yang bercampur hasut dan dengki. Kita nggak bisa melarang orang lain menilai apa," kata dia.
Menurut Gus Choi, setiap penilaian akan berdampak kepada pihak yang menilai. Dia menyebut Anies tidak masalah dengan penilaian itu.
"Tapi setiap penilaian, baik yang positif atau negatif semua berdampak kepada yang menilai. Bagi Anies semua itu nggak ada masalah. Anies akan terus berjalan untuk mengemban misi perubahan untuk Indonesia," sebut dia.
NasDem menegaskan pernyataan Anies itu bukanlah diarahkan kepada pemerintahan Jokowi.
"Hendaknya, menanggapi pernyataan Anies itu kita tidak apriori ya, karena yang dimaksud dengan kritik Anies itu tidak spesifik ke pemerintah pusat," kata Wakil Ketua Umum (Waketum) NasDem Ahmad Ali saat dihubungi, Minggu (18/12).
Menurut Ali, pemerintahan Jokowi tidak antikritik. Ali menilai justru partai politik (parpol) di koalisi pemerintahan yang antikritik sebagaimana respons yang diberikan terhadap pernyataan Anies.
"Nah pertanyaannya, apakah Jokowi itu antikritik? Tidak. Yang antikritik itu partai politik yang hari ini ketika orang bicara, dia ribut. Iya, kan," ujarnya.
Ali menjelaskan pernyataan Anies tersebut merefleksikan pengalamannya sendiri saat memimpin pemerintahan provinsi (pemprov) DKI Jakarta. Dengan demikian, Ali meminta agar berbagai pihak tak selalu bersandar pada anggapan bahwa pernyataan-pernyataan Anies diarahkan untuk pemerintahan Jokowi.
"Karena pernyataan Anies itu tidak pernah menyebutkan bahwa pemerintah Jokowi itu antikritik. Nggak. Dia berbicara bahwa pemerintah itu harus membuka ruang untuk kritik. Jadi yang dimaksud pemerintah itu termasuk pemerintah provinsi, termasuk ke Anies. Praktik-praktik itu dirasakan Anies ketika menjadi gubernur," katanya.
Ali juga menjelaskan pernyataan Anies itu pada konteks utuh. Kemudian dia menjelaskan nalar jangan dicekoki oleh konspirasi terus, deh. Anies elalu ditarik bahwa itu pernyataan untuk meny erang Pak Jokowi. Padahal kan nggak.
Komentar
Posting Komentar