Sipardalan News: Mengenal Tradisi Songgot-songgot Di Budaya Batak Toba

ilustrasi tradisi songgot-songgot/akun youtube Leo Saragih



Arti Tradisi Songgot-songgot Di Budaya Batak Toba

Tradisi songgot-songgot sering dilakukan di budaya Batak Toba bagi kaum keluarga yang ditimpa musibah atau menderita sakit penyakit. Biasanya, pihak hula-hula (kelompok marga ibu), yang dikenal dalam adat Batak sebagai pihak yang memberikan berkat.

Baca juga:

Sipardalan News: Lestarikan Budaya Karo, Kerajaan Urung Gelar Manuk Sangkep Dan Penampilan Musik Tradisional

Mereka datang secara tiba-tiba tanpa pemberitahuan dengan membawa makanan berupa dekke (ikan mas) arsik dan nasi untuk menjamu keluarga yang mengalami musibah atau saudara yang sakit.

Pihak hula-hula juga akan manguras (menyucikan) kepada keluarga yang tertimpa musibah terlebih dulu dengan menggunakan air jeruk purut. Makna tersebut untuk menyucikan tubuh si sakit sehingga penyakit atau musibahnya cepat berlalu atau menghilang.

Baca juga:

Sipardalan News: Ribuan Warga Padati Pesta Tugu Silahisabungan


Bagi keluarga yang sakit atau tertimpa musibah biasanya akan dihadirkan di tengah keluarga yang datang kemudian disurduk (diberi) seekor dekke na niarsik (masak arsik) yang sudah ditata di dalam pinggan/piring besar diuras berisi nasi. Selanjutnya pihak hula-hula manguras (menyucikan) si sakit dengan utte pangir (jeruk purut) yang sudah diperas ke dalam cawan yang berisi air.

Air pangir ini kemudian diusapkan ke kepala si sakit disertai doa kepada Tuhan agar semua penyakit yang ada di tubuh si sakit kiranya hilang tanpa sepengetahuan si sakit sehingga tubuhnya kembali sembuh dan semangatnya kembali menyala. Ketika semua yang datang telah selesai manguras, pihak hula-hula juga akan memberikan sehelai ulos pinuncaan untuk menghangatkan tubuh keluarga yang sakit atau tertimpa musibah.

Kain ulos pinuncaan merupakan salah satu varian ulos Batak yang ini terdiri dari lima bagian yang ditenun secara terpisah yang kemudian disatukan dengan rapi hingga menjadi bentuk satu ulos. Biasanya dipakai dengan cara dililitkan sebagai kain oleh keluarga hasuhuton (tuan rumah) pada waktu pesta besar dalam acara marpaniaran.

Ulos ini biasanya diberikan kepada orang tua dan nantinya bila penyakitnya membawanya kepada ajal maka ulos yang diberikan itu akan dipakainya saat disemayamkan secara adat Batak. Namun ulos tersebut bukanlah dimaksudkan untuk mempersiapkan penguburan si sakit tapi lebih kepada memberi harapan dan kehangatan agar si sakit cepat sembuh.

Setelah diberikan ulos, maka makan bersama pun dimulai. Diawali memberikan jagal/ daging kepada pihak hula-hula oleh keluarga si sakit sebagai tanda terimakasih sudah massonggot si sakit, maka sebagai balasannya pihak penerima songgot-songgot akan manurduk jagal kepada tulang/hula-hula si sakit. 

Bila jagal tak habis, maka sisanya akan dibawa pulang pihak tulang/hula-hula tersebut sedangkan oleh-oleh mereka berupa dekke harus tinggal di rumah yang disonggot.

Bila jamuan makan sudah selesai, maka pihak keluarga si sakit juga akan kembali manurduk batu demban (atau sejumlah uang) sebagai tanda pihak keluarga tersebut menghargai pemberian pihak hula-hula/tulang dan memberikan penghargaannya.


Sponsor:

Uji adrenalin kalian jelajahi Desa Sigapiton dengan ATV

Komentar