SIPARDALAN NEWS: ARTI PARIBAN BAGI PARA MILENIAL SAAT INI


Horrraas dongans....

Mungkin bagi dongans yang termasuk para kaum millenial generasi muda Batak saat ini, pasti sering bertanya-tanya "Apa sih artinya Pariban? kok populer dalam suku Batak??".

Baca juga:

Oleh sebab itu, Kami akan coba menjelaskan  tentang apa itu 'pariban'.

Dalam bahasa Indonesia pariban bisa diartikan seperti 'sepupu', dalam kekerabatan di adat Batak pariban merupakan 'sepupu wanita' putri Tulang (abang atau adik dari ibu kita bagi si cowok) atau 'sepupu laki-laki' dari Namboru (kakak atau adik dari ayah kita bagi si cewek).

Sistem kekerabatan dalam adat Batak ungkapan 'pariban' atau juga 'marpariban' sering disebut juga hubungan antara seorang cowok dengan cewek yang dilahirkan oleh Tulang (paman) atau orang yang semarga dengan ibu si cowok tersebut.

Begitu juga si cewek, pariban disebut kepada sepupu atau cowok yang dilahirkan oleh Namboru atau tante yang semarga dengan ayah si cewek tersebut.


Contohnya:

1. Apabila Ibu dari si Togar boru Simangunsong, maka putri (boru) saudara ibunya yang laki-laki merupakan pariban si Togar, begitu juga cewek diluar keluarga kandung yang merupakan boru Simangunsong adalah pariban si Togar.

2. Sebaliknya jika si Romauli boru Simangunsong, maka anak atau putra-putra dari namborunya (saudara ayahnya yang perempuan) merupakan paribannya.


Dalam tradisi adat Batak, Pariban memiliki ikatan yang tersirat bahwa mereka dapat dijodohkan secara adat. Apabila  seseorang menikah dengan seseorang yang diluar ikatan pariban maka akan diadatkan dan diangkat sebagai pariban atau sisada boru saat menikah nantinya oleh pihak Tulang si Cowok tersebut.

Dalam perkenalan antara pria dan wanita ada hubungan pariban biasanya akan terjalin rasa kedekatan sebagai sebuah keluarga. misalnya;


Cowok       : "Adek, boru apa?"
Cewek        : "Boru Siagian bang"
Cowok    : "Bah, mamaku boru Siagian, berarti marpariban la ya"

Untuk kasus yang agak luas si-cowok juga dapat marpariban dengan marga-marga yang sama dengan pariban si-cowok tersebut. Misalnya, jika pariban si-cowok boru Siagian, maka  berpariban juga dengan marga-marga Tuan Dibangarna (Mis: Silitonga, Sianipar, Panjaitan, atau pun Pardosi).

1. Apakah Pariban Adalah Opsi Terakhir Jodoh Pendamping Hidup?

Untuk dongans ketahui, tak sedikit pasangan muda Batak umunya, akhirnya memilih untuk menikah dengan Pariban mereka sendiri.

Benarkah Pariban adalah pilihan terakhir jika jodoh sudah mentok atau disaat tidak kunjung ketemu pasangan yang cocok??

berikut ini ulasannya

Filosofi Marpariban :

Dasar perjodohan na marpariban bertujuan untuk tetap mempererat tali persaudaraan dengan keluarga wanita (boru) jika sudah dibawa menikah oleh seorang pria. Karena konsep pernikahan dalam adat Batak wanita yang menikah akan mengikuti sang pria, disahkan dengan tanda kesepakatan mas kawin atau Sinamot.

Sehingga atas dasar sistem adat ini maka pihak yang bersaudara ingin agar pertalian darah tetap terjaga dengan menjodohkan anak-anak mereka, uniknya pernikahan marpariban hanya berlaku antara anak gadis saudara laki-laki (Tulang) dengan anak laki-laki dari saudara perempuan (Namboru). Sehingga sistem ini tidak berlaku sebaliknya antara anak lelaki dari Tulang dengan anak gadis dari Namboru karena dianggap mariboto (bersaudara).

Apabila ada Pariban yang belum nikah pada umumnya menikah dengan Pariban tersebut adalah sebuah keharusan di adat Batak. 

Jadi bagaimana jika menikah dengan wanita dari keluarga lain?

Solusinya yaitu; calon mempelai wanita akan diangkat menjadi keluarga pihak Hula-Hula/Tulang terlebih dahulu. 

Sebagai simbolis mempelai wanita diangkat sah jadi keluarga Tulang, mas kawin (Sinamot) akan dibagikan oleh keluarga mempelai wanita (Parboru)  ditambah juga sejumlah uang oleh pihak mempelai pria kepada keluarga Hula-Hula/Tulang sang pria  dalam adat Tintin Marangkup.

Untuk pria yang menikah, secara otomatis bahwa pihak mertua sendiri menjadi Tulang dan Hula-Hula.

Pariban di Era Modern

Perlu kita ketahui bahwa di jaman sekarang sistem Pariban menjadi memiliki peranan sentral dan kritikal. Orang-orang Batak semakin gencar dalam mengali dan menerapkan kembali tatanan adat-adat Batak ke marwah aslinya. 

Banyak orangtua yang ingin tetap menjaga kekerabatan di jaman ini sudah menata hubungan marpariban anak-anak mereka sejak awal, dengan harapan kelak tumbuh ikatan emosional antara pariban sehingga lebih mempermudah mereka dijenjang pernikahan nantinya.

Tapi tak jarang pula beberapa kasus yang menganggap bahwa pariban disamakan seperti jaman pernikahan Sitinurbaya, seolah-olah menjadi keharusan untuk menikah dengan pariban-nya menilik situasi para kawula muda yang semakin susah mencari pasangan hidup.

Disisi ini juga sebagian dari Batak millenials menganggap juga bahwa perjodohan marpariban merupakan praktek kawin paksa yang sudah kuno. Padahal tidak sepenuhnya seperti itu.

2. Apa Yang Terjadi Ketika Pariban Tidak Menjadi Pilihan ?

Perlu kita ketahu bahwa Pariban adalah hubungan yang ideal untuk dilanjutkan ke jenjang perkawinan. Bagi pria Batak, menikahi Boru Ni Tulang (putri saudara laki-laki ibu) dipercaya akan membawa berkah tersendiri dalam keluarga mereka.

Karena jodoh adalah pilihan, tak sedikit pria Batak menolak menikahi paribannya dan akhirnya memilih perempuan lain.

Apabila pemuda Batak (dolidoli) untuk mencari jodoh di luar pariban-nya, hal inilah yang sering dinamakan ‘mangaririt’. Demi mangaririt ini, pria Batak biasanya pergi berkunjung (martandang) ke huta (kampung) untuk mengejar kekasihnya.

Sehingga ada istilah mangaririt tu na dao/mangaririt tu luat na dao (mencari jodoh ke wilayah yang jauh). Perlu kita ketahui bahwa proses ini pun bukannya tanpa strategi.

Biasanya si pria ini lebih dulu menggali informasi tentang si gadis incarannya dari teman-temannya di kampung si gadis.

Apabila informasi yang didapatkan sudah cukup, barulah si pria memberanikan diri untuk martandang. Bahkan, tidak sedikit mereka ada yang menggunakan jasa mak comblang (domu-domu) demi mendekati si gadis pujaan.

Namun bagi donganss yang ingin menikah dengan calon istri kalian yang bukan pariban kita, sebaiknya hal ini diberitahukan kepada Tulang kalian. Bahwa kalian ingin menikahi gadis lain yang bukan putrinya.

Biasanya, dalam kunjungan ke rumah tulang-nya, pria Batak ini datang bersama ibunya.

Lalu, apa yang harus dilakukan di rumah tulang?

Biasanya, si pria ini dan ibunya datang dengan membawa makanan (mamboan sipanganon). Menurut Vergouwen, ahli adat Batak asal Belanda, perstiwa seperti ini terkadang juga diikuti dengan memberi piso dalam bentuk uang.

Dengan cara ini, pemuda dan ibunya telah menunjukkan penghormatan yang memang mejadi hak tulang. Karena telah merasa dihormati, si tulang biasanya akan menyampaikan kepada bere-nya (keponakannya) hata si denggan-denggan (kata-kata berkat yang baik). Bahwa, gadis pilihan bere-nya itu akan dianggap sebagai puterinya sendiri.

Kalau sudah begini, tidak ada yang merasa tersakiti, ketika bukan pariban yang menjadi pilihan kalian kan.


Baca juga:

SIPARDALAN NEWS: APAKAH SUKU BATAK BERASAL DARI ASIA SELATAN?

Pada hakikatnya, bagi siapapun pasangan kamu kelak, yang pasti dia adalah pariban-mu dalam adat Batak. 

Sehingga, tidak ada peraturan dan keharusan baku kamu harus menikah dengan anak Tulang/Namboru kandung. Ingat bahwa adat Batak selalu fleksibel tanpa paksaan, karena adat istiadat Batak adalah nilai-nilai dan norma yang lahir dari kearifan lokal masyarakat Batak.

Mauliate,,,,,


sumber : 

https://www.tobatabo.com/

https://www.hetanews.com/

Komentar

  1. Lae mau nanya,aku silalahi mamaku parna,sicewe ini boru sibarani mamanya dia boru simamora. Kebetulan opung boru dri bapaknya si cewe boru tambunan bg, bisa gak bg?

    BalasHapus

Posting Komentar