Sipardalan News: Sejarah Pertama Pria Batak menikahi Putri Jawa

Ternyata Hubungan antara Batak dan Jawa sudah dibangun dari sejak dulu kala, disaat jaman Kerajaan Majapahit saat berada di Tanah Batak dan pertama kali Sejarah Orang Batak menikahi Putri Jawa.
Baca Juga:

BATU-BATU YANG DIANGGAP MISTIS OLEH ORANG BATAK

TATA CARA PEMBERIAN MARGA DALAM ADAT BATAK

Dikisahkan pada saat itu Pasukan dari Kerajaan Majapahit mengalami kekalahan pahit di Selat Malakka, pada akhirnya melalui sungai Barummun mereka menyelamatkan diri ke daratan Sumatera sampai ke suatu daerah di Portibi, Tapanuli Selatan, disana mereka dicegat oleh masyarakat setempat saat itu sehingga mereka melanjutkan pelarian ke arah Utara menuju  Tapanuli hingga sampailah Ke Bukit 'Dolok Tolong' di Tampahan, Kabupaten Toba. Ketika sampai di Dolok Tolong mereka bertemu dengan Raja didaerah tersebut dan meminta suaka politik atau perlindungan kepada Tuan Sorbadibanua yang saat itu menjadi Raja didaerah Dolok Tolong dan disekitarnya. Hal ini dibenarkan oleh Almarhum Sahala Simanjuntak semasa hidupnya  (Salah Satu Pemerhati Sejarah dan Budaya asal Balige) Tuan Sorbadibanua adalah Putra ketiga dari Tuan Soringmangaraja dari istri ketiganya.

(Kalau ditarik dari umur Tuan Sorbadibanua saat itu, kemungkinan sekitar tahun 1450an, dimana Raja Majapahit saat itu adalah Wikramawardhana Raja Suhita dan Raja Kertawijaya)

Baca juga:

Pasukan Majapahit yang datang ke Tanah Batak ini dipimpin oleh seorang Pangeran dan juga seorang Putri Majapahit yang bernama Siboru Basopaet. Dan setelah hubungan antara Pangeran Majapahit dan Tuan Sorbadibanua terjalin baik, pada akhirnya Siboru Basopaet ini dipersunting Tuan Sorbadibanua untuk menjadi Istri kedua dan tinggal bersama Tuan Sorbadibanua, sebelumnya Tuan Sorbadibanua telah mempunyai istri Boru Sariburaja, dari boru Sariburaja, Tuan Sorbadibanua mempunyai 5 orang anak (Sibagot ni Pohan, Sipaet Tua, Silahi Sabungan, Si Raja Oloan dan Raja Huta Lima). Setelah mempersunting Boru Basopaet, Tuan Sorbadibanua mempunyai 3 orang Anak (Si Raja Sumba, Si Raja Sobu dan Toga Naipospos).

Dolok Tolong
Di Lereng Dolok Tolong sebelah barat bernama Gala-gala, disitulah mereka tinggal bersama, kemudian karena konflik antara anak Boru Basopaet dengan Sibagot ni Pohan, mereka pun meninggalkan kampung itu pada malam hari menuju Pangkodian, dari sana mereka naik Solu atau Sampan.satu orang ke arah Timur Sigaol, Uluan dan 2 orang lagi ke arah Utara daerah Bakkara dan Tipang, kemudian dari dua tempat itu itu keturunan mereka menyebar ke daerah Humbang dan Silindung. 

Dolok Tolong menjadi saksi bahwa Pasukan Majapahit pernah singgah ke daerah Tapanuli, sehingga sampai saat ini Prasasti Dolok Tolong diyakini merupakan bukti utama atas existensi orang Majapahit di Tanah Batak atau Tapanuli.
Menurut Monang Naipospos dari komunitas Parmalim disebutkan juga bahwa Daerah Dolok Tolong juga disebut Tombak Longo-longo Sisumbaon, diartikan Rimba yang menjadi tempat persembahan (sampai saat ini masih sering disebut istilah Tombak Longo-longo, diceritakan oleh orang tua). Sehingga dapat diyakini pada zaman Majapahit, Dolok Tolong itu merpakan Pusat Religius kaum animisme dan paganisme Batak. Bukan tidak mungkin juga kedatangan Kerajaan Majapahit sebenarnya sudah ada bentuk kebudayaan di daerah Toba tetapi hancur akibat peperangan-peperangan setelah masa itu sehingga bukti-bukti sejarahnya hancur.

sumber : 

tanobatak.wordpress.com

medanbisnisdaily.com

https://id.wikipedia.org/wiki/Majapahit

Komentar