Sipardalan News: Istilah Sipelebegu Sebagai Doktrinisasi Penjajah Deskritkan Penganut Agama Kuno Batak
Foto caption: sejarahkumu.blogspot.com/ilustrasi orang Batak jaman dulu |
SIPARDALAN NEWS: Pembagian Jenis Bahasa Yang Ada Di Bangso Batak
Ugamo Sipelebegu adalah agama/kepercayaan asal suku
Batak sebelum kedatangan Islam dan Kristen ke Tano Batak. Agama ini adalah
perintis agama Parmalim yang telah di asaskan oleh Sisingamangaraja XII dengan
pelopornya Guru Somalaing.
Baca juga:
SIPARDALAN NEWS: Arti ‘Cicak’ Dalam imbol Bangso Batak
Banyak yang menganggapnya bukanlah agama melainkan
hanya sekedar tradisi karna sistem kepercayaan ini sudah melekat dengan
kehidupan masyarakat Karo sejak lama. Karena di sebut sebagai agama tradisi,
para pemeluk agama tradisi ini masih menjalankan segala ritual yang ada dalam
ajaran agama suku itu.
Tidak hanya para pemeluk saja yang menjalankan
ritual tersebut, tetapi orang Karo yang telah memeluk agama lain seperti agama
Kristen / Islam juga turut menjalankan beberapa ritual yang di anggap sebagai
bagian dari adat ini.
Baca juga:
Sipelebegu, Pelebegu / Hasipelebeguan berasal dari
kata pele / memberikan sesaji & begu / roh. Di tanah Karo, agama ini di
sebut Perbegu. Sebutan Perbegu di berikan penjajah melalui gereja pada orang
yang di anggap tidak percaya pada Tuhan YME.
Padahal, Perbegu itu di maknai sebagai penyembah
setan. Banyak yang tidak setuju dengan penamaan Perbegu yang di berikan
penjajah. Masyarakat Karo sendiri pada awalnya tidak memberi nama apapun
terhadap kepercayaannya itu.
Orang Karo meyakini bahwa alam semesta di isi oleh
sekumpulan tendi. Hal ini sesuai dengan keyakinan orang Karo yang sangat dekat
dengan suatu bentuk kepercayaan / keyakinan terhadap kehidupan jiwa yang
keberadaannya di bayangkan sama dengan roh gaib.
Mereka percaya pada kekuatan alam, oknum dan jin
yang masing - masing memiliki kekuatan tersendiri. Ada pengisi alam yang unik,
dimana sebagian orang menganggap kekuatannya melebihi kekuatan manusia, di mana
ia harus di sembah & di ambil hatinya.
Selain itu, kejadian alam seperti banjir, gempa,
penyakit dsb yang sangat membahayakan adalah perbuatan oknum tertentu yang
mempunyai kekuatan. Si oknum tersebut, menurut pemeluk kepercayaan Sipelebegu,
mau datang ke rumah & mempunyai tubuh serta dapat berpindah.
Ia juga berbentuk tendi tapi tidak kelihatan &
mempunyai sahala. Sehingga menurut penganut agama ini, si oknum yang memiliki
kekuatan tadi harus di sembah agar terhindar dari bahaya.
Oleh karna itu, mereka memberikan sesaji pada roh
baik berupa makanan, minuman / sesuatu benda ke makam, pohon besar, tempat yang
di yakini keramat & angker. Mereka juga mempercayai kekuatan datu yang
memiliki kemampuan yakni meramal melalui melihat hari.
Cerita tentang tata cara penyembahan & asal
mula pengetahuan ahli mimpi serta dukun di peroleh dari suatu pokok kayu besar,
seperti yang di uraikan para guru mereka secara turun - temurun,
Telah di ceritakan & menjadi bahan pengetahuan
generasi berikutnya serta telah menjadi cerita rakyat tentang latar belakang
terjadinya pengetahuan pada para dukun itu. Di mana cerita yang di maksud akan
teringat bila ada orang yang di rasuk begu - beguan.
Pada abad 1 Masehi, terjadi migrasi orang India
Selatan ke Indonesia, termasuk ke Sumatra. Yang pertama adalah migrasi penganut
agama Hindu beserta gelombang kedua adalah yang memperkenalkan agama Budha.
Mereka mengajarkan aksara sansekerta dan pallawa serta agama Hindu - Buddha.
Pengaruh mereka masih tampak dalam kepercayaan
Karo. Maka tidak heran bila sistem kepercayaan & sistem masyarakat di
pengaruhi oleh ke - 2 agama tersebut.Pada tahun '46, masyarakat Karo melalui
ketua adatnya memberikan nama agama Pemena kepada sistem kepercayaan itu .
Agama ini di anut oleh masyarakat Mandailing,
Angkola, Karo dan Pakpak sebelum Islam di sebarkan ke seluruh Sumatera Utara.
Kepercayaan inilah yang di anut oleh orangtua yang mendiami daerah terisolir di
Sumatra Utara dahulu kala.
Sumber: https://www.tobatabo.com/
Uji adrenalin kalian jelajahi Desa Sigapiton dengan ATV |
Komentar
Posting Komentar